Tokoh Masyarakat Kesultanan Kutai Kirim Surat Terbuka Untuk Edy Mulyadi, Penghina Kaltim

 

 

Tenggarong, liputankutim.co, – Ing Martadipura Raden Dedy Hartono tokoh masyarakat Kutai Kartanegara Kalimantan Timur mengirim surat terbuka yang ditujukan kepada Edi Mulyadi penghina Kalimantan Timur.

 

Begini isi suratnya:

“Assalamualaikum wr, wb. Jujur saya sebagai putra asli Kalimantan sudah gunakan akal pikir yang logis untuk melihat dan mendengar video bapak tentang pemindahan IKN dan saya juga berterima kasih untuk maksud baik bapak yang mempertanyakan seberapa pentingnya pemindahan pusat pemerintahan dan kekhawatiran akan masuknya orang-orang luar ke sini (Kalimantan, red) ,” tulis  Raden Dedy, Minggu (23/1/2022)

Dan kiranya bapak Edi Mulyadi yang terhormat perlu belajar lagi tentang adab dan sejarah bangsa ini, perlu bapak ketahui daerah kami sebagai awal peradaban di Kalimantan Timur baik secara manusia, budaya, agama dan toleransi. Kami disini (suku asli) hidup damai berdampingan dengan suku-suku pendatang dan pernyataan bapak kiranya bisa membuat gaduh.

Kami juga dengan besar hati rela bergabung dengan NKRI, walaupun kami harus rela hidup sebagai masyarakat biasa dan meninggalkan tahta kekuasaan serta harta. Daerah kami sebagai penyumbang DBH yang besar untuk negara (walaupun balik ke kami sangat sedikit). Itulah sedikit yang perlu bapak ketahui tentang kami.

Kiranya itu yang bisa saya sampaikan dan bisa menjadi bahan pertimbangan untuk pemangku kebijakan negara ini. Bila ini tidak menjadi perhatian maka kami dengan tegas akan mengambil sikap.

 

Dikutif dari media korankaltim, surat terbuka ini dibuat atas ketersinggungan atas pernyataan Edy Mulyadi yang diduga menyinggung Kaltim melalui video viral di media sosial.

Dalam video yang diunggah di kanal Youtube miliknya Selasa, 18 Januari 2022, dia bersama sejumlah pihak menyatakan penolakan terkait pemindahan ibu kota ke Kaltim. Namun, sangat disayangkan pernyataan penolakan itu disampaikan dengan cara menyinggung dan menyebut Ibu Kota Negara (IKN) baru sebagai tempat Jin buang anak, pasarnya Genderuwo serta Kuntilanak.(liku1)

 

 

 


Diterbitkan

dalam

oleh

Tags: